Uniknya Tradisi Megengan di Pacitan


Menjelang Ramadhan 1434 H ini, bermacam cara dilakukan oleh warga muslim di berbagai daerah di Indonesia

 Agenda Bancakan Megengan


Agenda Bancakan Megengan

untuk menyambut datangnya bulan suci ummat Islam tersebut. Seperti tradisi padusan di Temanggung dan Magelang, tradisi peringatan nisfu syaban dengan membawa makanan ke masjid di wilayah pantura Jawa Tengah, ataupun tradisi megengan di beberapa daerah di Jawa Timur, salah satunya adalah megengan yang seringkali dilakukan sebagai tradisi menyambut bulan Ramadhan di Pacitan.

Karena saya asli orang Pacitan, tentu sudah sangat akrab dengan agenda megengan yang biasa dilakukan dua pekan sampai satu hari jelang ramadhan. Tradisi megengan ini adalah agenda hajatan kecil yang dilakukan oleh tiap – tiap kepala keluarga dengan mengundang tetangga dan saudara, untuk bersama – sama menikmati hidangan yang disajikan, setelah sebelumnya didoakan oleh imam, baik melalui mekanisme tahlil maupun yasin. Biasanya, setelah hidangan masuk ke ruang megengan, lalu para tamu pun melakukan dzikir dan tahlil yang dipimpin oleh imam, kemudian didoakan, baru deh hidangan boleh dimakan.

FYI, sebelum hajatan dilaksanakan, biasanya warga terlebih dahulu melakukan ziarah kubur, mendoakan sanak famili yang sudah meninggal terlebih dahulu, dan setelah ziarah kubur dilaksanakan, baru dilanjut dengan agenda megengan.

Ada yang unik dari tradisi hajatan megengan ini, yakni selalu adanya makanan ketan, kolak, dan apem. Ketiga kue khas ini selalu ada disetiap hajatan megengan, dan biasanya dimodifikasi dengan penambahan kuliner berat lainnya, seperti ayam ingkung dan nasi uduk. Karena sudah menjadi tradisi, maka kalau tanpa trio makanan tadi hajatan megengan seperti kurang afdol dilaksanakan.

Masing – masing rumah biasanya menyajikan hidangan megengan juga dengan cara masing – masing, ada yang dipadukan dengan nasi soto, nasi rames, dan bahkan ada juga yang menggunakan sate ayam, intinya sesuai selera masing – masing keluarga yang mengadakan agenda megengan.

Nah, kalau pas megengan, biasanya juga ada tradisi nglincak, alias berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya. Ini juga menjadi hal yang unik sekaligus banyak nilai yang terkandung didalamnya. Karena memang kalau agendanya megengan ini bentrok waktunya, biasanya akan terjadi perebutan massa yang akan mbancak’i atau yang mendoakan. Untuk mengantisipasi hal ini, konsep nglincak atau berkeliling dari satu rumah ke rumah lainnya menjadi alternatif agar agenda megengan tetep terlaksana. Bahkan satu hari itu bisa nyampai empat sampai enam rumah untuk agenda nglincak megengan ini.

Kalau begini biasanya yang paling senang adalah ana – anak kecil. Sebab mereka bisa main kerumah tetangga sesukanya, selain tentunya mendapatkan hidangan makanan. Saya pun pernah mengalaminya rasa riang ini puluhan tahun lalu saat menjadi anak – anak. Bahkan pernah waktu itu saya dari jam 12.30 nglincak sampai pukul 20.00 malam, karena saking banyaknya tempat nglincak di beberapa tetangga.

Ada nilai di balik megengan

Tradisi megengan, walau sudah menjadi kebiasaan warga Pacitan dalam menyambut bulan ramadhan, tetap menjadi satu budaya yang memiliki banyak nilai didalamnya. Dan dari hasil pengamatan saya, ada beberapa nilai yang ada dalam tradisi megengan.

Yang pertama adalah tentang rasa syukur, rasa syukur karena masih diberikan umur yang panjang, masih dipertemukan dengan bulan Ramadhan, dan dapat menyambuut bulan penuh berkah ini dengan sukacita. Nah, rasa syukur ini diejawantahkan dengan mendoakan sanak famili yang sudak meninggal dan kemudian dipungkasi dengan hajatan megengan.

Yang kedua adalah makna ukhuwah dan kebersamaan. Ini juga menjadi nilai penting dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan metode megengan dari rumah ke rumah atau dikenal dengan konsep ngllincak, para warga bisa saling mengunjungi, saling bertatap muka, saling bersilaturahmi, sehingga dari silaturahmi yang mungkin jarang dilakukan selain Idul Fitri. dan efeknya adalah ukhuwah yang semakin erat antara satu warga dengan warga lainnya.

Yang ketiga adalah sukacita anak kecil. Setahu saya membuat anak – anak riang gembira itu adalah ibadah, karena menyenangkan orang lain. Khusus anak kecil, seperti yang pernah saya rasakan dulu, hati akan terasa riang gembira tatkala kita bisa saling bersilaturahmi dengan anak – anak lainnya, lalu menyantap makanan di masing – masing rumah tetangga, sehingga tercipta harmoni yang akan menjadikan Ramadhan lebih berwarna.

Yang keempat adalah rezeki berlipat. Ini ada dua jenis, yakni rezeki bagi tamu, dan rezeki bagi tuan rumah pelaksana megengan. Rezeki bagi tamu jelas, karena bersilaturahmi, akan kecipratan rezeki hidangan yang lezat, sedangkan bagi tuan rumah, sebuah kebanggaan tersendiri tatkala bisa menyambut para tamu dengan hidangan, sehingga jika tamu puas, maka tuan rumah pun senang, dan balasanya adalah pahala, Insyaallah.

Yang keempat, hal yang kita dapatkan saat megengan adalah wisata kuliner. Yup, kita akan berwisata kuliner dengan biaya murah, dan dapat mencicipi makanan dari satu tetangga ke tetangga lainnya, ini juga menjadi keuntungan tersendiri saat ada tradisi megengan.

Nah, begitulah, tradisi megengan yang unik dan menarik, yang biasa dilakukan di kampung halaman saya untuk menyambut Ramadhan. Yang terpenting adalah selain penyambutan Ramadhan yang begitu luar biasa, mari kita siapkan diri kita untuk belanja pahala di Ramadhan kali ini. Jangan sampai hanya rajin datang ke megengan, tapi tidak rajin berpuasa.

Mari kita sambut Ramadhan dengan sukacita. Selamat menunaikan Ibadah Puasa. ^_^

Satu komentar di “Uniknya Tradisi Megengan di Pacitan

  1. begitu banyak tradisi” di indonesia, lestarikan dan ramaikan,
    Jangan pernah kehabisan akal untuk terus mengeksplor bermacam varian
    kuliner Bintaro yang tiada kenal jemu untuk kita kenal dan bahas satu persatu.
    Di minggu ini IB akan membahassalah satu kedai yang menjual
    makanan khas dalam negeri yakni ketan susu.

Mari berdiskusi