Mari Menulis dengan Nurani


Menulis sepenuh cinta

Menulis sepenuh cinta

 

Jujur, akhir-akhir ini, entah diketahui ataupun tidak, kita sedang berada dalam satu tujuan tertentu untuk melakukan penggiringan opini. Tulisan-tulisan tendensius, tulisan yang bernada offensif alias menyerang banyak terlihat di berbagai media, baik cetak, online, TV, Radio, ataupun media mainstream lainnya.

Dan jujur, kondisi ini yang membuat saya merasa sedih hati, kondisi yang kemudian saya sebut dengan media war tersebut kini tengah marak, penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah suhu politik yang semakin memanas jelang 2014. Media seakan menjadi kekuatan baru yang efektif untuk melakukan penggiringan opini, dan pada akhirnya dia yg berhasil mempengaruhi ruang-ruang media tersebut, akan memenangkan opini dan propaganda.

Wajar memang, media dan uang menjadi satu paket yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Media butuh uang, sementara pemilik modal butuh eksistensi diri untuk memenangkan propaganda dan opininya. Alhasil, karena ada simbiosis mutualisme antara keduanya, maka saya bisa katakan ‘nurani’ media kalah telak dari si pemilik modal.

Pada akhirnya kita bisa melihat sang pemilik modal dengan kekuatan uangnya mampu menyetir media tersebut sesuka hatinya. Tapi yang menjadi masalah bagi media-media tersebut adalah, nurani, etika, dan segala moral yang dijunjung tinggi tersebut mampu dihapus dan dibungkam dengan uang. Dan bisa saya katakan, uang kembali mengalahkan dan menjajah idealisme media kita.

Well, pada akhirnya yang dipusingkan adalah rakyat dan masyarakat Indonesia. Mereka yang diharapkan mendapatkan pencerdasan dari semakin banyaknya media yang hadir, justru semakin dipusingkan, semakin dibodohkan, dan pada akhirnya semakin jauh dari nurani dan etika.

Entah, saya tidak bisa menuduh dan mengatakan ini adalah penjajahan model baru, akan tetapi fakta berbicara demikian. Media seakan kehilangan nilai-nilai yang selama ini dedengung-dengungkan. Media kehilangan sentuhan nurani disetiap huruf-huruf yang dituliskan menjadi sebuah berita.

Namun, saya masih sangat optimis, bahwa semakin banyak dan mudahnya kita mengakses media, maka akan semakin banyak timbul kesadaran untuk mengutamakan nurani, kemashlahatan, dan etika dalam setiap tulisan-tulisan kita. Apapun itu.

Karena bagi saya, setiap tulisan-tulisan yang kita ketik-kan akan dipertanggungjawabkan. Kalau tulisan itu bernilai dan bermanfaat serta tak ada unsur kebohongan, maka kita akan mendapatkan apresiasi, nurani, serta yang terpenting adalah keberkahan. Yakin saja akan hal itu.

Sekian, dan selamat berhari jum’at.

Mari berdiskusi